Secangkir Kopi
Salam sejahtera untuk rekan rekanku, Semoga selalu sehat dan berbahagia, Semoga selalu sukses bisnis dan usahanya. Sore itu sekitar pukul 16.00 ( sekitar jam 4 sore ) saya sama teman teman dari ICI (Institut Carrefour Indinesia), di daerah Cempaka Putih Jakarta Timur, maaf Institut ini adanya hanya di Careefour, sedang istirahat sejenak cofee break istilah kerennya.
Sore itu sedikit mendung dengan hawa yang dingin, rasanya pas sambil menikmati rokok dan kopi. Saat kita lagi pada ngelamun, ga sengaja saya melihat kertas sudah agak kusam berserak, iseng saya pungut dan saya baca. Tadinya saya cuma iseng karena lagi pada ngelamun, kehabisan bahan omongan, dan pastinya cape dari pagi dengerin mentor ceramah, maklum saya dan teman teman adalah "Kelompentapir" (Kelompok pendegar tanpa berfikir) he...he....
Tapi setelah kertas itu saya baca ternyata isinya sangat bagus sekali (menurut saya entah untuk rekan rekan) tapi lebih baik baca, dan nilai bagus ga cerita ini.
Begini ceritannya: Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir mendatangi mantan professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada "komplain tentang stres di pekerjaan dan kehidupan mereka"
Menawari tamu tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir serta gelas dari berbagai jenis, dari porselen, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswannya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah kalian ambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami" "Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi".
Dalam beberapa kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah "kopi", bukanlah cangkirny, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. "Sekarang perhatikan hal ini, Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, usaha, bisnis, uang, dan posisis atau jabatan dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Janis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan untuk kita".
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.
Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting di banding pekerjaan anda, usaha anda, bisnis anda. Jika pekerjaan anda, usaha juga bisnis anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah di serang dan rapuh akibat perubahan keadaa. Pekerjaan, usaha, bisnis akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. P
astikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda. So apa ya kesimpulannya ya,
Berikut kesimpulan yang dapat saya ambil: Apapun itu yang kita kerjakan tidak akan ada artinya jika hanya memandang dari segi luarnya saja, sesukses apapun kita, tapi kalau kita sendiri tidak bisa mengartikan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan, maka kesuksesan tersebut hanya milik anda tidak berarti untuk orang lain. Kita semua tahu kita tidak bisa sukses jika hanya sendiri, pasti ada orang lain yang membuat anda sukses, jadi bila anda sukses jangan lupa untuk berbagi kepada sesama apapun bentuknya. Jika anda seoarang pekerja bekerjalah karena ibadah. Cintailah pekerjaan, usaha ataupun bisnis anda secara profesional. Bagilah apa yang sudah anda dapatkan kepada orang yang membutuhkan, sehingga kehidupan anda, adalah kehidupan yang berkualitas tingi bukan cuma jabatan anda yang tinggi, intinya jangan hanya bisa melihat kekurangan orang lain hanya dari apa yang dia kenakan, tapi instropeksi diri kita sudah berartikah kehidupan kita untuk orang lain, keluarga, sodara, tetangga, kolega, teman atau siapapun nantinya.
Ok rekan rekan sekian coretan saya, mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, ada keselip kata yang tidak menyenangkan ataupun tata bahasa yang belum pas.
Warm regard,
Muklis Purwanto,
Sore itu sedikit mendung dengan hawa yang dingin, rasanya pas sambil menikmati rokok dan kopi. Saat kita lagi pada ngelamun, ga sengaja saya melihat kertas sudah agak kusam berserak, iseng saya pungut dan saya baca. Tadinya saya cuma iseng karena lagi pada ngelamun, kehabisan bahan omongan, dan pastinya cape dari pagi dengerin mentor ceramah, maklum saya dan teman teman adalah "Kelompentapir" (Kelompok pendegar tanpa berfikir) he...he....
Tapi setelah kertas itu saya baca ternyata isinya sangat bagus sekali (menurut saya entah untuk rekan rekan) tapi lebih baik baca, dan nilai bagus ga cerita ini.
Begini ceritannya: Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir mendatangi mantan professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada "komplain tentang stres di pekerjaan dan kehidupan mereka"
Menawari tamu tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir serta gelas dari berbagai jenis, dari porselen, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswannya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah kalian ambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami" "Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi".
Dalam beberapa kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah "kopi", bukanlah cangkirny, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. "Sekarang perhatikan hal ini, Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, usaha, bisnis, uang, dan posisis atau jabatan dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Janis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan untuk kita".
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.
Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting di banding pekerjaan anda, usaha anda, bisnis anda. Jika pekerjaan anda, usaha juga bisnis anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah di serang dan rapuh akibat perubahan keadaa. Pekerjaan, usaha, bisnis akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. P
astikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda. So apa ya kesimpulannya ya,
Berikut kesimpulan yang dapat saya ambil: Apapun itu yang kita kerjakan tidak akan ada artinya jika hanya memandang dari segi luarnya saja, sesukses apapun kita, tapi kalau kita sendiri tidak bisa mengartikan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan, maka kesuksesan tersebut hanya milik anda tidak berarti untuk orang lain. Kita semua tahu kita tidak bisa sukses jika hanya sendiri, pasti ada orang lain yang membuat anda sukses, jadi bila anda sukses jangan lupa untuk berbagi kepada sesama apapun bentuknya. Jika anda seoarang pekerja bekerjalah karena ibadah. Cintailah pekerjaan, usaha ataupun bisnis anda secara profesional. Bagilah apa yang sudah anda dapatkan kepada orang yang membutuhkan, sehingga kehidupan anda, adalah kehidupan yang berkualitas tingi bukan cuma jabatan anda yang tinggi, intinya jangan hanya bisa melihat kekurangan orang lain hanya dari apa yang dia kenakan, tapi instropeksi diri kita sudah berartikah kehidupan kita untuk orang lain, keluarga, sodara, tetangga, kolega, teman atau siapapun nantinya.
Ok rekan rekan sekian coretan saya, mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, ada keselip kata yang tidak menyenangkan ataupun tata bahasa yang belum pas.
Warm regard,
Muklis Purwanto,
0 comments: